||TRADISI MANAMPO_
Oleh : Akang Basituo
Tanah Liek, atau yang
dikenal dengan nama tanah liat atau lempung merupakan partikel mineral
berkerangka dasar, silikat yang berdiameter kurang dari empat micrometer.
Lempung yang membentuk gumpalan keras, saat kering dan lengket apabila basah
terkena air. Namun masyarakat Jorong Galo Gandang, Nagari Andaleh Kecamatan
Luak Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat, tidak pernah tau akan
hal tersebut. Masyarakat andaleh ini, hanya tau kalau tanah liat itu bisa untuk
dijadikan ladang bisnis, dan mengisi waktu dirumah dalam berkarya. Salah satu
kampung kecil, Nagari Andaleh yang memiliki tradisi MANAMPO.
Tradisi yang dimiliki
warga andaleh ini sudah ada sejak tahun 1880-an atau jauh sebelum kelahiran
Presiden Indonesia Pertama Ir.SOEKARNO ditahun 1901 dan Wakil Presiden
Indonesia Pertama Muhammad Hatta pada tahun 1902. Manampo merupakan bahasa
keseharian warga andaleh, yang kita kenal
dengan menempa suatu benda. Manampo di Nagari Andaleh ini adalah salah satu
bagian proses daam pembuatan kerajinan tanah liat, yaitu menempa bagian
punggung atau salah satu sisi kerajinan yang dibuat. Dalam kerajinan tanah liat
ini, warga andaleh yang sudah memiliki keahlian turun temurun dari nenek
moyang, juga tidak asal memilih tanah yg dijadikan bahan baku utama.
Masing-masing pengrajin, sudah memiliki ladang tanah sebagai bahan yang
nantinya akan ditempa. Kegiatan yang sudah lama digeluti kakek dan nenek ini,
dengan cekatan berkarya beberapa macam kerajinan tanah liat yang sudah di expor
keluar Indonesia. Salah satunya periuk dan belanga, yang memang menjadi produk
unggulan. Mempertahankan tradisi turun temurun dari nenek moyang, tradisi Manampo
dijadikan icon untuk Nagari Andaleh.
“Kami hanya punya tanah liek dari nenek moyang kami, untuk
mengisi dan menghiasi rumah orang diluar sana. Dan kami bangga dengan MANAMPO
yang tak dimiliki orang lain.”
(a.Bst | October 16th,
2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar