Minggu, 16 Oktober 2016

PENGRAJIN TANAH LIAT

||TRADISI MANAMPO_

Tanah Liek, atau yang dikenal dengan nama tanah liat atau lempung merupakan partikel mineral berkerangka dasar, silikat yang berdiameter kurang dari empat micrometer. Lempung yang membentuk gumpalan keras, saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Namun masyarakat Jorong Galo Gandang, Nagari Andaleh Kecamatan Luak Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat, tidak pernah tau akan hal tersebut. Masyarakat andaleh ini, hanya tau kalau tanah liat itu bisa untuk dijadikan ladang bisnis, dan mengisi waktu dirumah dalam berkarya. Salah satu kampung kecil, Nagari Andaleh yang memiliki tradisi MANAMPO.

Tradisi yang dimiliki warga andaleh ini sudah ada sejak tahun 1880-an atau jauh sebelum kelahiran Presiden Indonesia Pertama Ir.SOEKARNO ditahun 1901 dan Wakil Presiden Indonesia Pertama Muhammad Hatta pada tahun 1902. Manampo merupakan bahasa keseharian warga andaleh,  yang kita kenal dengan menempa suatu benda. Manampo di Nagari Andaleh ini adalah salah satu bagian proses daam pembuatan kerajinan tanah liat, yaitu menempa bagian punggung atau salah satu sisi kerajinan yang dibuat. Dalam kerajinan tanah liat ini, warga andaleh yang sudah memiliki keahlian turun temurun dari nenek moyang, juga tidak asal memilih tanah yg dijadikan bahan baku utama. Masing-masing pengrajin, sudah memiliki ladang tanah sebagai bahan yang nantinya akan ditempa. Kegiatan yang sudah lama digeluti kakek dan nenek ini, dengan cekatan berkarya beberapa macam kerajinan tanah liat yang sudah di expor keluar Indonesia. Salah satunya periuk dan belanga, yang memang menjadi produk unggulan. Mempertahankan tradisi turun temurun dari nenek moyang, tradisi Manampo dijadikan icon untuk Nagari Andaleh.
“Kami hanya punya tanah liek dari nenek moyang kami, untuk mengisi dan menghiasi rumah orang diluar sana. Dan kami bangga dengan MANAMPO yang tak dimiliki orang lain.”
(a.Bst | October 16th, 2016) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar