Kamis, 29 September 2016

PENSIL KAYU

|| DIBALIK SEBUAH CERITA PENSIL KAYU_

...kadang ia ingin menyimpulkan cerita itu semua. ia sudah miliki buku yang ia tulis sesaat beberapa waktu belakangan. alat tulis yang juga ditata rapi, disebuah meja sudut ruangan sana.

Ia ingin lanjuti untuk menulis cerita itu, dengan sebuah pensil kayu yang biasa ia pakai. ia menuju sudut ruangan, membawa sebatang lilin untuk ia supaya mendapati cahaya ketika mau goreskan ujung pensilnya dibuku tersebut.

Ditaruh lilin itu disudut meja, ia mulaimengerayang dalam remangnya ruangan kamaryang kecil tersebut. ia dapati buku yang tadi  ingin ia tulis, dan dibuka lembaran berikutnya untuk penghujung kalimat yang kemaren sempat ia tulis.

Ditatap lembaran kosong,'berfikir' ia untuk tuliskan apa?sejenak ia diam, dan sedikit tersenyum. :-) "ya,,,saya tau hendak tuliskan apa"

Kemudian sedikit membungkuk dari kursi, ia hendak meraih kotak pensil yang memang berada diujung meja. sesaat ia membuka kotak pensil kayu yang (ingin bercerita) itu, ternyata sudah patah. sesaat ia hanya menatap pensil kayu tersebut, dan berucap "tadi saya mau menulis apa?apa saya harus menulis, atau biarkan ia menulis ceritanya sendiri?"

Ia membayangkan, apa mungkin nanti si pemilik kamar itu sudah miliki catatan dibuku yang sudah bersampulkan bagus, dan memakai sebuah pena bertintakan emas.

Tapi buku dikamar yang kecil itu, akan selalu tertata rapi dengan 'sebuah cerita dengan goresan pensil kayu'_

(a.Bst | September 13th, 2016)