Minggu, 23 Oktober 2016

BEGAL GAGAL "KANAI SIPAK"

||BEGAL GAGAL “KANAI SIPAK ”_

Padang menjadi salah satu daerah Kota Wisata di Sumatera Barat, namun disamping itu juga menjadi incaran kejahatan para pembegal.
Sekedar informasi dan berbagi cerita mengenai bahaya Begal di Kota Padang. Kejadian ini, bermula kemarin (22/10) sehabis Maghrib sekitar pukul 19.00, seorang Bapak – bapak yang diketahui namanya Gusmanto (46) mengendarai sepeda motornya (Supra X 125) untuk mengurusi bahan Skripsi dirumah salah seorang Dosen Pembimbing yang kebetulan jauh dari rumah beliau.
Sepulang mengurusi urusasn dari tempat Dosen Pembimbing, Gusmanto yang mengendarai sepeda motornya seorang diri ketika itu pulang melewati jalan pintas, supaya lebih cepat sampai kerumah beliau di Kelurahan Bungo Pasang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
Sesaat ditengah jalan sekitar pukul 21.30 wib, beliau  dihentikan oleh seorang laki – laki, yang menurut keterangan Gusmanto laki – laki tersebut hendak menumpang kepertigaan depan atau sampai menemukan angkot dan ojek untuk menghantar pulang karena kemalaman baru pulang bekerja.
Dengan tidak curiga sama sekali dan merasa kasihan, Gusmanto kemudian menghentikan sepeda motor yang ia kendarai dan membawa beserta laki – laki yang ketika itu berbadan tegap dan berkumis memakai baju kaos oblong bercak hitam.
Dipertengahan jalan tepatnya dikawasan kosong, laki – laki itu menjalankan aksinya dengan cara menggoyangkan sepeda motor yang dikendarai Gusmanto dari belakang tempat duduknya. Saat itu laki – laki itu mengeluarkan ucapan “ elok – elok lah mambaok onda da, ba a uda mambaok onda ko?” | “alah elok ambo mambaok onda mah, dak elok ba a lo?” Dan saat itu, laki – laki tersebut kemudian secara tiba – tiba meminta Gusmanto untuk menghentikan sepeda motornya. Sesaat ketika hendak turun, laki – laki tersebut langsung ‘mamacik krah’ baju Gusmanto untuk melanjutkan aksinya yang tadi sempat tertunda. Dari situ, Gusmanto langsung curiga kalau hal tersebut sudah tidak aman lagi dan langsung dengan sigap melepaskan tangan laki – laki itu dari baju beliau dan langsung ‘mangalatiak kida’ laki – laki tersebut. Ketika itu, laki – laki tersebut langsung mengucapkan kata – kata yang cukup menantang “kareh ang mah !!!”. Belum lagi laki – laki itu melanjutkan perkataanya, dengan sigap Gusmanto “manyipak” perut laki – laki tersebut hingga terperosok kedalam selokan tempat mereka berhenti. Dengan cepat kemudian Gusmanto, menghidupkan sepeda motor dan hendak meninggalkan laki – laki tadi yang masih berada dalam selokan. Sebelum sepeda motor hendak jalan, dari balik semak keluarlah 2 orang pemuda lagi yang diketahui adalah teman dari lai – laki tadi yang “kanai sipak”, karena dari dalam selokan ia berteriak “kalua lah kalian lai, inyo kabur ko ha”.

Memang Allah telah bersama orang baik, sebelum 2 orang pemuda itu mendekati Gusmanto, sepeda motor itu sudah berlalu meninggalkan 2 orang pelaku yang terpelongo menyaksikan satu orang temannya “Kanai Sipak” masih tersungkur dan ‘baluluak’ dalam selokan di Daerah Rawang, Koto Tangah atau sekitaran jalan dari Pasa Pagi menuju Tunggul Hitam dan Bungo Pasang, Koto Tangah, Kota Padang ini.
Gusmato, seorang laki – laki yang berasal dari Painan, Kabupaten Pesisir Selatan yang sekarang sedang menyelesaikan penelitian Sarjana Pertaniannya di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di KotaPadang, Universitas Taman Siswa yang ia pilih untuk menimba ilmu Pertaniannya ini hanya mengucapkan “ambo cuman baniek eloknyo, mangko ambo numpangan, mungkin kok dak takah itu baliau, ambo antaan e sampai rumah mah” (a.Bst | October 23th, 2016)

Minggu, 16 Oktober 2016

PENGRAJIN TANAH LIAT

||TRADISI MANAMPO_

Tanah Liek, atau yang dikenal dengan nama tanah liat atau lempung merupakan partikel mineral berkerangka dasar, silikat yang berdiameter kurang dari empat micrometer. Lempung yang membentuk gumpalan keras, saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Namun masyarakat Jorong Galo Gandang, Nagari Andaleh Kecamatan Luak Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat, tidak pernah tau akan hal tersebut. Masyarakat andaleh ini, hanya tau kalau tanah liat itu bisa untuk dijadikan ladang bisnis, dan mengisi waktu dirumah dalam berkarya. Salah satu kampung kecil, Nagari Andaleh yang memiliki tradisi MANAMPO.

Tradisi yang dimiliki warga andaleh ini sudah ada sejak tahun 1880-an atau jauh sebelum kelahiran Presiden Indonesia Pertama Ir.SOEKARNO ditahun 1901 dan Wakil Presiden Indonesia Pertama Muhammad Hatta pada tahun 1902. Manampo merupakan bahasa keseharian warga andaleh,  yang kita kenal dengan menempa suatu benda. Manampo di Nagari Andaleh ini adalah salah satu bagian proses daam pembuatan kerajinan tanah liat, yaitu menempa bagian punggung atau salah satu sisi kerajinan yang dibuat. Dalam kerajinan tanah liat ini, warga andaleh yang sudah memiliki keahlian turun temurun dari nenek moyang, juga tidak asal memilih tanah yg dijadikan bahan baku utama. Masing-masing pengrajin, sudah memiliki ladang tanah sebagai bahan yang nantinya akan ditempa. Kegiatan yang sudah lama digeluti kakek dan nenek ini, dengan cekatan berkarya beberapa macam kerajinan tanah liat yang sudah di expor keluar Indonesia. Salah satunya periuk dan belanga, yang memang menjadi produk unggulan. Mempertahankan tradisi turun temurun dari nenek moyang, tradisi Manampo dijadikan icon untuk Nagari Andaleh.
“Kami hanya punya tanah liek dari nenek moyang kami, untuk mengisi dan menghiasi rumah orang diluar sana. Dan kami bangga dengan MANAMPO yang tak dimiliki orang lain.”
(a.Bst | October 16th, 2016) 

Sabtu, 15 Oktober 2016

MAKANAN TRADISIONAL SINGGANG


Singgang atau yang biasa dikenal dengan nama Kue Bika, merupakan salah satu makanan tradisional asal Sumatera Barat. Panorama kali ini kita akan jalan-jalan ke Korong Perbatungan, Nagari Koto Baru, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat, salah satu Nagari dimana salah seorang warganya masih memproduksi Kue Singgang sejak puluhan tahun silam.
Ya...beliaulah seorang nenek bernama Nurbiah, yang akrab dipanggil warga sekitar dengan sebutan Cik Piah. Cik Piah yang sudah berumur sekitar 91 tahun ini, memulai usaha Kue Singgang sejak tahun 1950. Usaha kue singgang Cik Piah masih menggunakan cara tradisional, dimana proses pemanggangan kue menggunakan Balango yang terbuat dari tanah liat dan pemanggangan menggunakan sabut kelapa.

Kue Singgang Cik Piah bisa terbilang unik, dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari ukuran Kue Singgang atau kue bika biasanya. Cik Piah membuat kue singgang ini juga masih memakai resep dari keluarga, resep kue yang beliau pertahankan sampai sekarang ini  membuat cita rasa Kue Singgang Cik Piah masih sangat diminati warga sekitar. Sengaja membuat dengan ukuran yang sedikit lebih besar, supaya sarapan pagi buat warga sedikit mengenyangkan dengan cita rasa yang khas. Cik Piah yang sekarang sudah berusia lanjut, tidak bekerja sendiri lagi. Usaha kue Singgang Cik Piah yang sekarang sudah dilanjutkan oleh anak dan menantunya tetap mempertahankan resep turun temurun dari Cik Piah. Uni Ides beserta suami, memproduksi kue Singgang ini setiap harinya dimulai dari selesai Shalat Subuh hingga pukul 09.00 kue singgang Cik Piah habis diborong warga. Memang, kue singgang Cik Piah menjadi incaran sarapan pagi buat warga nagari koto baru dan sekitarnya. Disamping selain kue singgang, Cik Piah dan anaknya Uni Ides juga menyediakan sarapan pagi berupa Katupek Gulai.
Dipagi yang cerah itu, Cik Piah dengan telatenpun membuat katupek dari pucuk daun kelapa. Didampingi oleh warga sekitar, sembari menunggu antrian Kue Singgang yang masih dibubungi bara api Sabut Kelapa, Cik Piah tetap akrab bercerita dengan warga. Meski mata beliau yang sekarang sudah tidak terlalu bisa melihat dengan jelas, Cik Piah selalu akrab dengan warga hanya dengan mengenali suara warga. Di Nagari Koto Baru Kue Singgang itu berasal, dari tangan seorang nenek yang sekarang sudah berusia 91 tahun. Dari dahulu mereka yang menyebut Singgang Cik Piah, hingga sekarang masih tetap bisa menjumpai Singgang Cik Piah itu tetap ada.
(a.Bst | October 15th, 2016)

Jumat, 14 Oktober 2016

PANORAMA NAGARI ARIPAN


Sumatera Barat, ternama dengan salah satu daerah penghasil beras terbaik. Dimana semua orang sumatera barat tau, ya,,,Bareh Solok mereka menyebutnya. Kabupaten Solok dan Kota Solok, selain penghasil beras terbaik juga terkenal dengan wisata alamnya.
Jalan - jalan kali ini, saya akan mengajak pembaca ke salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten Solok. Objek Wisata yang berada di Nagari Aripan, Kecamatan Sepuluh Koto Singkarak, Kabupaten Solok ini dikenal dengan nama Rumah Pohon.


Lokasi wisata yang berjarak lebih kurang 10 kilometer ini, bisa ditempuh 30 menit dari pusat Kota Solok menggunakan sepeda motor atau mobil. Rumah Pohon yang baru dibuka untuk umum di tahun 2016 ini, banyak diminati oleh wisatawan lokal bahkan luar daerah.
Inisiatif dari warga setempat membuat Rumah Pohon, berawal dari lokasi wisata ini yang memang memberikan pemandangan yang luar biasa. Lokasi yang berada di puncak bukit, memberikan pemandangan dengan diperlihatkannya keindahan Danau Singkarak, yang merupakan Danau Terbesar ke - dua di Pulau Sumatera ini.
Dinamai dengan Rumah Pohon, karna dengan kreatifitas warga setempat membangun pondok-pondok yang menyerupai rumah berada diatas pohon, sangat diminati oleh pengunjung.

Nah...jalan-jalan kali ini, saya ingin mencoba bagaimana serunya bermain dan berkeliling serta menikmati keindahan Rumah Pohon ini. Tiupan angin puncak bukit dari ketinggian Rumah Pohon, memberikan rasa tersendiri saat menaiki anak tangga Rumah Pohon ini. Berkunjung ke Sumatera Barat, tidak lengkap kalau tidak singgah dan menikmati keindahan Rumah Pohon ini.
Dilokasi Rumah Pohon ini, pengunjung juga disuguhi dengan beberapa warung-warung kecil, dimana pengunjung juga bisa meneguk nikmatnya segelas kopi sembari menikmati keindahan Danau Singkarak yg dikelilingi gunung dan bukit, salah satunya bukit dilokasi Rumah Pohon yang saat itu saya kunjungi. (a.Bst | October 14th, 2016)

Kamis, 13 Oktober 2016

TRADISIONAL "MAGHONCAH" - TRADISI URANG MINANG



Jorong Boncah, salah satu jorong di Nagari Batu Balang Kecamatan Harau Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat.
Nagari Batu Balang yang rata-rata masyarakatnya berprofesi sebagai petani, menjadi pilihan utama bagi warga setempat.
Dengan begitu banyak pilihan profesi bertani, warga Jorong Boncah tetap mempertahankan tradisi yang sudah ada secara turun temurun.
MAGHONCAH, merupakan suatu kegiatan atau pekerjaan yang dipakai warga Jorong Boncah di Kenagarian Batu Balang dan menjadi bahasa Khas warga setempat. Maghoncah, salah satu tahapan dalam pembuatan batu bata. Maghoncah yang kita kenal dengan sebutan lain Merancah Tanah Liek yang sudah dipilih. Menggunakan tenaga hewan, Maghoncah menjadi hal yang penting dalam pembuatan batu bata ini.


Proses pembuatan batu bata, yang ada di Nagari Batu Balang ini, memiliki beberapa tahapan. Mulai dari pemilihan tanah, pengeraman tanah di lobang, maghoncah sampai mencetak tanah liek secara manual. Mencetak batu bata tidak sekedar membentuk berupa balok bata, namun keahlian ini juga dipelajari sampai memiliki kecepatan dalam mencetak . Salah satunya ibu-ibu yang sudah puluhan tahun berprofesi mencetak batu bata, mampu mencetak minimal 500 buah dalam seharinya.
Batu bata yang sudah dicetak, hingga kemudian ditumpuk dalam pondok panggang. Masih memakai cara tradisional, proses pemanggangan batu bata menggunakan sekam padi yang sudah ditumpuk sampai puluhan ribu batu bata. Batu bata yang di panggang, siap di produksi dalam waktu 1 minggu lamanya hingga matang.
Tanah liek, yang hanya sekedar tanah, Maghoncah yang sekedar berharap sekarung rumput, meski seminggu asap membumbung hingga megahnya bangunan yang sudah tertutup cat dan keramik indah. (a.Bst | October 13 th, 2016)

Rabu, 05 Oktober 2016

MAKANAN TRADISONAL KARAK KALIANG

||KARAK KALIANG_

Kota Payakumbuh  salah satu Kota yang ada di sumatera barat. Kota yang dikenal sebagai salah satu pemilik makanan tradisonal galamai. Payakumbuh selain memiliki galamai, juga salah satu penghasil makanan tradisonal Karak Kaliang.
Makanan yang terbilang unik ini, karena makanan ini persis berbentuk angka delapan. Karak Kaliang yang berbahan baku ubi kayu yang diparut, karak kaliang dijadikan ladang usaha oleh warga Kelurahan Payolansek, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh.


Usaha membuat makanan tradisonal Karak Kaliang ini, digeluti warga payolansek sejak tahun 1980-an silam. Berawal belajar melirik usaha dari daerah tetangga bukittinggi, warga payolansek payakumbuh ini, memulai usaha hingga sekarang berhasil mengisi pasar dan pusat oleh-oleh yang ada di Kota Payakumbuh dan Bukittinggi hingga sumatera barat. Usaha yang digeluti warga ini, masih memakai proses produksi secara tradisonal.
Pada akhirnya Karak Kaliang dijadikan salah satu oleh - oleh unggulan asal sumatera barat. Tidak heran, saat wisatawan asal luar sumatera barat bahkan luar negeri mengincar makanan unik ini.
Selain rasanya yang gurih, makanan ini juga tahan lama. Warga payolansek yang memulai usaha ini sejak tahun 1980-an, menamai rumah produksi ini dengan nama "Bengke".
Untuk satu bengke pemilik usaha yang mempekerjakan tenaga kerja 10 hingga 15 orang dalam satu harinya, yang mulai bekerja dari pukul 05.30 sampai pukul 21.00 setiap harinya. Setiap harinya pemilik bengke ini, bisa menghasilkan karak kaliang siap jual lebih kurang 350 sampai 500 Kg setiap harinya. Selain Karak Kaliang bengke ini juga penghasil makanan berbahan sama, makanan ini dinamai karupuak lento. Makanan yang berbentuk kepingan ini, juga di produksi secara manual oleh ibu-ibu warga kelurahan payolansek.
Sumatera Barat yang kaya dengan penghasil kuliner tradisional, Payakumbuh menjadi salah satu bagian dari penghasil makanan unik ini. kalau berkunjung ke Sumatera Barat, jangan lupa mampir ke Payakumbuh penghasil makanan tradisional, dan nikmati kuliner asal Payakumbuh ini, Karak Kaliang unik dan rasa yang menarik. (a.Bst_October 06th, 2016)

WISATA ALAM KAPALO BANDA

||KAPALO BANDA TARAM_

Halo Panorama Sumatera Barat, kali ini kita akan kembali jalan-jalan di Payakumbuh.
Nah kali ini saya akan mengajak ke salah satu objek wisata yang ada di Payakumbuh yaitunya Kapalo Banda. Kapalo Banda adalah sebuah spot destinasi wisata yang terletak di Kenagarian Taram.




Tempat ini tidak terlalu jauh dari pusat kota Payakumbuh, lebih kurang bisa ditempuh 30 menit dari pusat kota payakumbuh menggunakan sepeda motor atau mobil.
Dan tempatnya masih alami yang dikelola secara sederhana. Tempat ini seperti danau namun anda jangan salah ini adalah bendungan dari sebuah sungai kecil yang airnya memang mengalir pelan.
Biasanya sungai ini dijadikan sebagai transportasi masyarakat setempat untuk membawa kayu bakar dan hasil pertanian yang terletak cukup jauh ke pedalaman hutan sana.
Nah jalan-jalan kali ke kapalo banda merupakan ide yang menarik, karna disini saya dapat selain bermain air dan menikmati keindahan alam, saya dapat menyewa rakit - rakkit terbuat dari bambu yang disediakan oleh penduduk setempat.
Bermain rakit disini kita hanya dikenakan biaya penyewaan seharga Rp. 15.000,- saja, selama lebih kurang satu jam bermain rakit.
Wisata alam Kapalo Banda  memang menjadikan bermain rakit-rakit ini sebagai unggulan para wisatawan. Rakit yang memang buatan masyarakat setempat, dalam seharinya beroperasi sebanyak lebih kurang 50 rakit yang siap disewakan bagi pengunjung dan wisatawan. Bermain rakit kita bisa menggerakkan menggunakan satu galah bambu yang juga sudah disediakan.
Selain pemandangan yang exotis, kapalo banda menjadi salah satu daftar wisata alam yang dimiliki Kabupaten Limapuluh kota untuk wajib dikunjungi saat mampir ke Sumatera Barat.
Tidak ada salahnya, saat anda nanti ke Sumatera Barat silahkan mencoba mengayuh galah bermain rakit ke Kapalo Banda Kenagarian Taram. (a.Bst_October 05th, 2016)

WISATA ALAM

|| WISATA IKAN BANYAK_

Hallo Panorama Sumatera Barat, kali ini saya akan mengajak pembaca kembali jalan-jalan ke salah satu objek wisata alam yang ada di Kabupaten limapuluh kota.
Nah...wisata itu diberi nama Lubuk ikan larangan atau Wisata Ikan Banyak yang sudah ada sejak jaman belanda sekitar tahun 18-an silam.





Wisata Ikan Banyak ini berawal dinamai dengan Lubuak Batu Tungga, Aliran sungai Lubuak batu tungga ini berhulukan di Kabupaten Pasaman Timur tepatnya di daerah Bonjol.
Berawal di tahun 2003 tempat ini resmi dijadikan Konservasi Ikan Larangan. Dan sampai saat ini Lubuak Batu Tungga / Menjadi salah satu objek wisataYang dimiliki Kabupaten limapuluh kota.
Wisata Ikan Banyak bisa ditempuh lebih kurang 1 jam menggunakan sepeda motor atau mobil  yang berjarak lebih kurang 40KM dari pusat kota payakumbuh. Bagi Wisatawan yang berkunjung sebelum memasuki lokasi wisata ikan banyak  juga disuguhi dengan Panorama Kelok Kurai, dari sini kita dapa menikmati keindahan alam Suliki dari atas.
Wisata ikan banyak  memiliki daya tarik sendiri bagi wisatawan lokal bahkan turis asing.
Selain bisa menikmati ribuan ikan wisatawan juga bisa memberi makan ikan secara langsung bahkan bisa menyentuh mulut ikan.
Dengan memberi makan ikan yang sudah disediakan pengelola wisata  pengunjung bisa memberi pelet dan kerupuk untuk diberikan kepada ikan yang hanya dijual dengan harga seribu rupiah saja.
Wisata ikan banyak ini memang menjadi suatu pilihan wisata ketika kita berada di payakumbuh  mulai dari pasangan muda mudi bahkan keluarga.
Nah anda penasaran bagaimana bisa secara langsung menyentuh mulut ikan dan bisa langsung memberi makan ikan, silahkan berkunjung ke Kecamatan Suliki yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat. (a.Bst_October 5th, 2016)

BETOR VESPA di Kota Solok

||BETOR VESPA_

Hallo Sumatera Barat, kali ini saya akan mengajak  jalan-jalan di Kota Solok.
Sebagai destinasi wisata, kota solok merupakan salah satu kota yang ada di provinsi Sumatera Barat yang masih banyak persawahannya.
Kini kota solok dikenal juga sebagai Kota Bentor atau Becak Motor.

Jalan-jalan kali ini, kita bisa melihat di Pasar Solok ada puluhan Bentor mangkal mengusik wisatawan lokal untuk mencobanya.
Bentor adalah modifikasi skuter vespa dengan diberi seispan sebelah kirinya untuk penumpang.
Yang membuat menarik dari Bentor ini, sang pemilik memberi cat yang warna warni hingga tulisan sesuai selera mereka.
Berawal di jaman Millenium, atau sekitar tahun 2000 Bentor ini masuk dan berkembang di daerah solok.
Bentor yang memang dijadikan alat transportasi bagi warga, memang menarik perhatian kami untuk mencoba bagaimana menaiki Bentor Vespa ini. Berkeliling kota solok dengan bentor vespa ini, memberikan keseruan tersendiri karena keunikan bentor dengan ciri khas bunyi teng-teng dan asap yang mengepul di jalanan.
Tak terasa waktu semakin senja jalan-jalan kami dengan bentor berhenti di salah satu kuliner untuk menyantap makan siang.

Kota Solok yang terkenal akan Bareh Soloknya dan hanya Kota Solok memiliki transportasi unik satu-satunya di Sumatera Barat sudah sejak 16 tahun silam
ya...siapa yang tidak kenal dengan Bentor Vespa Kota Solok (a.Bst_October 5th, 2016)

TANGIS ITU TAK SELALU SEDIH

||TANGIS ITU TAK SELALU SEDIH_



Sebuah senyum lepas, kadang gemetar.
Bingung dan aneh saat itu, dimana seorang laki - laki ingin taruh bahagia. "Aneh dan indah", begitu sang lelaki mengungkap kata.
Sebuah cerita ungkap memory, hanya pelengkap 'kabar'.
Dia yang saat itu jadi mereka, hanya saling memberi skenario hidup.
Dan tetap pada akhirnya, lelaki itu tau, bahwa sang perempuan itu masih ada.
Yang untuk ia susun rapi di atas rak-rak mereka_ a.Bst_(Februari 25th, 2016 : 21.45)

MENCARI JUDUL

||MENCARI JUDUL_



[tinong...tinong...]Notifier_Eager (sebuah nada pesan baru BBM dari smartphone Bla*kBerry putih kesayangan saya).
,,,Gerakan ujung pulpen itu terhenti tepat diatas kertas yang masih belum selesai saya tulis. Ingin saya meraih telfon genggam itu,dan segera membaca isi pesan BBM tersebut. Tapi saya berfikir,mungkin cuma Broadcast atau orang iseng saja.
Sebetulnya sih, takut 'memecah' terawangan dan imajinasi saya, maklum lagi Belajar Nulis dan ingin malam ini netasin lagi tulisan-tulisan dikertas kusam saya.
Mencoba untuk yakin, semoga saja imajinasi ini gak cepat ngilang begitu saja. Saya taruh pulpen disudut kertas, penasaran ingin membaca isi pesan BBM di HP yang kebetulan saya chas.
Sebuah pesan baru dari (Vie Vy RK) - nama yang terpampang disalah satu kontak BBM saya.
Seorang perempuan,teman kecil, berseragam Putih Biru "Vivi Amelia" didada kanan seragamnya ± 15 tahun silam.
"alun lalok lai?" (bahasa padang), pesan singkat itu berlanjut dengan saya membalas "dak bisa lalok do, adoh yang Menghantui, padahal bisuak pagi adoh jadwal luar kota".
Berfikir ia dengan kesimpulan dirumah yang saya tempati ada hantunya, apalagi cuman tinggal sendiri.
Kemudian dengan memberi penjelasan, kalau saya dihantui sama 'pulpen & kertas', seiring dengan penjelasan itu masuk pesan baru balasan "selamat menulis".
Saya berfikir, apa ia akan bertanya saya menulis apa, atau gak peduli sama sekali saya mau menulis apa?

"KAKI YANG MILIKI TUJUAN, HATI BERKATA AKAN" 
...Hendak ia lalui,jalan itu berpihak menepis tujuan.
Merenung, sejenak ia berfikir apa harus kembali?
Untuk jemput semua yang pernah ia tapaki dalam perjalannya.
Namun, untuk menoleh saja ia rapuh.
Saat renungan itu, dari seberang terdengar teriakan.
Berbisik kepada hati, untuk mengejar teriakan itu.
Untuk apa renungi semua catatan yang ada?
Diseberang sudah menyediakan kertas putih dan alat tulisnya.
Tinggal ia mau menulis apa?meskipun ia menepis jalan kelam.
Ia punya mata untuk berjalan (hati) dan punya kaki untuk melihat (tujuan).
Hingga ia punya salam rindu untuk kembali bangkit, arti dari kehidupan. (a.Bst)

Sekedar tulisan tak jelas diatas yang saya kirimkan ke pesan BBMnya, dan entah dari mana juga tulisan itu saya coba tulis, mungkin terawangan dan imajinasi saya yang mewakili untuk isi kertas saya saat itu. Tak lama, handphone saya berdering tanda sebuah pesan baru masuk.
"...Ia punya mata untuk berjalan (hati) dan punya kaki untuk melihat (tujuan)"
Aneh saya melihat potongan tulisan ini, kenapa kembali lagi ke handphone putih saya.
Dengan sebuah pesan dibawahnya "tulisannya bagus, apalagi kalimat yang ini memiliki makna yang dalam...saya pakai buat status di wall F*ceBook saya ya".
Saya cuma sampaikan "pakai saja dan makasih kalau memang suka"
Ditemani sebatang r*kok tak lupa secangkir kopi panas, teringat kertas dan pulpen yang tadi sempat saya tinggal. Mungkin mereka merajuk diujung pulpen, untuk kembali tumpah dikertasnya. Ingin rasanya saya kembali lanjuti tulisan itu, sejenak saya berfikir.
Ternyata untuk menulis kita perlu seseorang 'penikmat dan pemerhati tulisan', layaknya Vivi Amelia mendalami sebuah bait kalimat menjadi arti.
Hingga saya belum temui sebuah judul untuk tulisan ini, dan masih MENCARI JUDUL. Saya hanya menulis untuk dia di pesan BBM itu "good night, sampai ketemu DIKERTAS".
(a.Bst | September 30th, 2016)