Rabu, 14 Agustus 2019

SAMA MEREKA, MEREKA SAMA
oleh : Akang Basituo


...nikmat kerja itu, gak cuman gaji gede dan ruang ber AC saja. Terkadang harus berpanas-panasan, hingga kita harus menempuh hujan.
Mendapat tanggung jawab mendampingi sebuah Program Pemerintah, Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Tahun 2019 di Nagari Gunuang Malintang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota, membuat saya mendapati sebuah perjalan yang unik.
Program yang disusun oleh Kementerian PU PR, memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat yang selama ini berkeinginan hidup enak dengan rumah yang layak untuk ditempati.
Tiap hari perjalanan itu saya lewati, jumpa mereka yang selalu antusias dengan program ini. Cuaca yang terik mengajari saya akan rasa syukur dalam pekerjaan ini, menikmati perjalanan menuju lokasi yang dapat saya tempuh selama 90 menit dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota hingga baru menapaki di Nagari Gunuang Malintang. Tak hanya sampai disitu, Nagari ini luas teman, area yang ditutupi perkebunan karet hingga sawit harus saya lewati kembali selama 45 menit dari Pusat Nagari Gunuang Malintang menuju gubuk mereka yang juga mendapatkan hak rumah layak huni. Perjalanan panjang ini saya sebut Mencari Keluarga, menambah sanak saudara saya di Nagari orang.
Jalan Lintas Kabupaten Lima Puluh Kota menuju Pekanbaru, menjadi pilihan saya untuk menempuh lokasi dampingan saya di Nagari Gunuang Malintang. Perjalanan menggunakan kendraan roda dua ini yang menjadi cerita unik saya, karena sepanjang perjalanan tak henti orang-orang diluar sana merentangkan tangan untuk mendapatkan tumpangan mau pulang. Seorang kakek paruh baya berusia 70 tahun yang menjadi tumpangan pertama saya, 'Daus Panglimo' beliau menyebut dirinya, yang sewaktu itu saya ajak bercerita.

"dima karajo Pak?"
"kojo mangampo jo manakiek gotah Nak"
"sajak bilo Pak manakiek gotah?"
"sojak baumue 15 tahun dulu lai Nak"

Perbincangan singkat yang kemudian bersambung untuk saya "mengajak selfie" beliau, awalnya saya ragu apakah beliau mau diajak selfie.
Sekitar lebih dari 5 KM beliau menepuk pundak saya "ambo siko lah Nak", artinya saya harus berhentikan sepeda motor ini tepat didepan rumah beliau dan berucap "mokasih Nak".




Perjalanan kemudian saya lanjutkan, sesampai di perkebunan sawit saya diberhentikan oleh dua orang siswa SD yang masih berpakaian lengkap Putih Merah. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 13.10 wib, memang jam pulangnya siswa Sekolah Dasar.
"Mbak, numpang cek mbak, sampai PeTe" (PT. salah satu PT perkebunan sawit di Kecamatan Pangkalan), dan Mbak itu 'ombak' panggilan kepada orang yg lebih tua (panggilan khas daerah Pangkalan).
Selama perjalanan, saya banyak bertanya kepada 2 orang siswa ini, siapa itu nama mereka sampai tanya "apa kalian sudah selesai ujian?dapat juara kan dek?" Tak lupa pun saya kembali mengajak mereka untuk selfie diatas motor.
Singkat cerita, kemudian mereka pun kembali tepuk pundak saya yang artinya sudah sampai didepan rumah mereka. "Mokasih Mbak", saya pun tersenyum dan berkata 'dek, semoga nanti kalian jadi orang-orang sukses', karna kalian menuntut ilmu saja menempuh jarak lebih dari 10 KM tiap harinya dan melewati perkebunan sawit.
Sepulang saya berjumpa keluarga baru di Nagari Gunuang Malintang, laju sepeda motor ini kembali menempuh jalan lintas Pekanbaru menuju Kabupaten Lima Puluh Kota. Tepatnya masih di daerah Koto Alam, sepeda motor saya pun kembali diberhentikan oleh seorang remaja mengenakkan baju kaos dan memakai topi pet. Saya langsung tebak, ni anak pasti mau numpang kerumah. Benar saja, "mbak numpang sampai panorama", kembali saya bercerita dengan remaja ini yang ternyata dia baru saja pulang 'mangaji' di Masjid yang baru saja saya lewati.
Singkat cerita, Arif yang masih bersekolah sebagai siswa kelas 6 SD di Koto Alam itu memang tiap hari pergi mengaji sepulang sekolah.

Seperti sebelumnya, saya mengajak Arif untuk selfie dan hanya berpesan kepada anak ini "diak, lanca kaji dek baulang, apa pasa dek batampuah", rajinlah mengaji kelak nanti jadi orang baik di negeri sendiri.
Kemudian saya melanjutkan perjalanan pulang, tepat di Jalan Kelok IX yang menjadi kebanggaan warga Kabupaten Lima Puluh Kota bahkan Sumatera Barat saya pun berhenti sejenak.
Berfikir dan sempat melihat potret 4 orang yang saya temui selama perjalanan tadi, Kakek Daus Panglimo, Suci dan Tirus serta Anggi siswa Sekolah Dasar yang ketika dalam perjalanan bersama saya.
Saya hanya menyebut orang-orang ini Sama Mereka, Mereka Sama | a.Bst

Sabtu, 05 November 2016

KISAH DIBALIK MIMPI SISWA MAGANG


||JATUH CINTA LEWAT TRIPOD KAMERA_
Oleh : Akang Basituo
...Pagi itu cuaca cukup mendung, sisa-sisa air hujan yang masih membasahi area parkir Gedung Graha Pena, tempat dimana layar kaca kita bersuara dengan visualnya hingga segelas kopi itu kita nikmati dengan sebuah koran. Ya,,,itulah sebuah gedung dengan bangunannya tiga lantai. Dimana stasiun Televisi Lokal Padang TV dan Harian Koran Padang Ekspres, Posmetro dan Rakyat Sumbar serta PT. Graindo memutar mesinnya mengeluarkan helaian koran-koran baru siap dibaca.
Jam di ruangan Master Control Padang TV sudah menunjukkan pukul 07.35 wib menandakan sebentar lagi Rundown acara Siaran Padang TV adalah Program Live Sumbar Rancak Bana,  yang artinya sekitar 25 menit lagi semua peralatan musti disiapkan, mulai dari kamera hingga lighting oleh Kameramen yang bertugas dan dibantu oleh Ast. Kameramen (dalam hal ini jagonya Pasukan Magang). Pagi itu Kameramen yang bertugas sedikit terlambat untuk datang kekantor, mungkin ditempat beliau masih diguyur hujan deras pagi itu. Seperti biasa, pekerjaan itu digantikan oleh Pasukan Magang Padang TV yang biasa setiap pagi memakai kostum Putih dan bawahan Hitam. Dengan terbirit-birit menaiki anak tangga lantai 1 menuju Studio, pagi itu seorang Pasukan Magang, sebut saja namanya NIZOM. Seorang anak laki-laki berasal dari Solok, berparas ganteng,putih (bohong), tinggi dan dengan ciri khas kumis tipis yang menghiasi bibirnya telah bersiap2 menyetel kamera dan lighting kebutuhan siaran langsung pagi ini. Ternyata,NIZOM mengerjakan sendiri pekerjaan yang seharusnya dikerjakan minimal 3 orang ini.
"Ndehhhh, ladak nah !!! Dak adow anak magang gah?awak sen surang karajo nye" (ia mengutuk dalam hatinya dengan bahasa yang ia mengerti sendiri)
Sesaat NIZOM menyetel kamera yang kebetulan sudah dipasangkan pada Tripodnya yang masih dibuka satu sticknya, terdengar langkah kecil mendekati lelaki Berkumis Tipis itu. "Sendirian aja Zom?saya bantu ya, maaf telat datang, soalnya kurang enak badan dari semalam" ("Ndehhhh, wak dak pandai baso indonesia de a, ba a caro gah?") – SENYUM
"Iya, mokasi ya nio bantuin Izom"
"Gak papa kok Zom. ehhh,,,mana yang lain? kok gak kliatan?"
"Izom dak tau juga, mungkin yang lain masih lalok"
Ketika hendak membuka stick kedua Tripod kamera, ternyata NIZOM melamun sambil memandangi orang yang tadi sempat ia ajak mengobrol. Dengan pandangan kosong Nizom tersenyum hingga Kumis Tipisnya terlihat lebih berdiri gagah diatas bibirnya yang terkena cahaya lampu studio.
"Izom,kenapa? kok melamun? mikirin apa?"
Dalam hati ia berkata "mikian kamu bebeb"
"Eeehhh, gak ada...cuman melamun tadi belum sarapan aja"
"Oooh, ini kebetulan Fa ada bawa sarapan tdi, roti bakar. Izom mau? kita potong dua aja ya" (nah,,,perempuan ini bernama ARIFAH, salah seorang Pasukan Magang yang berasal dari Dharmasraya, cewek dengan paras cantik, muka yang bulat, putih, dan gak terlalu tinggi, mungkin ya selera Pasukan - pasukan Magang lainnya juga).
 IG

Arifah kemudian mengeluarkan kotak berwarna Pink dari dalam tasnya, yang sudah berisi roti bakar kesuakan Nizom. Kemudian dengan cekatan, Arifah memotong dua roti bakar itu untuk dibagi bersama Nizom yang masih sibuk mengatur iris kamera untuk Siaran Langsung Pagi ini. Tak sengaja tanpa menoleh sedikitpun, karena dengan sibuknya mengatur kamera, roti bakar yang sempat disodorkan kearah Nizom tadi hampir saja terjatuh. Memang,,,laki-laki minang sudah diajarkan dari kecil "basilek", ternyata Nizom salah satu Pandeka juga, dengan gesit ia menangkap potongan roti bakar yang hampir jatuh tadi tepat di sebelah TRIPOD kamera.
Bersamaan dengan itu, ternyata Nizom tidak sengaja (mungkin juga sengaja) memegang tangan kanan Arifah yang separoh memegang roti bakar yang hendak diberikan ke laki-laki Berkumis Tipis itu. "Maaf Fa, ndak sengajo wak doh megang tangan Fa, sangko wak td itu masih roti bakar juga"
"Ehhh, iya Zom gak apa - apa, kan gak sengaja" (Dibalik Tripod kamera, wajah Nizom tersipu malu dan Arifah dengan kedua pipinya merona merah, hingga dalam hati mereka berucap "CINTA").
Dari lantai II Gedung Graha Pena, terdengar suara dentingan 'teng...teng...teng...', suara khas mesin tua yang memiliki lobang knalpot sebelah kiri, mereka menyebut itu Vespa. Ayunan langkah kaki menaiki anak tangga, dengan ciri khas kacamata retro yang selalu terletak dikepala. pemuda yang hobi dengan segala jenis barang - barang tua, dan apapun jenis barang yang sudah tak terpakai lagi. Ya,,,dialah seorang pemuda berparas Ganteng No.1 sekaligus Bersertifikat. (Selengkapnya tidak akan diceritakan akan sosok beliau, cukup sebut saja namanya 3 kali, bakalan tau semua siapa dia), sebut dia Akang Basituo.
Tak lama kemudian, Akang Basituo mengeluarkan kata tepat dibelakang dua orang remaja tadi yang masih sibuk menikmati roti bakar mereka dengan penuh Cinta. "Woi....NIZOM !!!,,ARIFAH !!!! Jago lah lalok lai !!! Lamak bana lalok kalian surang - surang mah, mandi lah surang - surang lai lah, alah pukua tujuah tu ha, dak kamagang kalian surang - surang? kok dak bae se magang di Kantua Lurah, pukua 09.00 bisa masuak mah!!!” (Ternyata NIZOM hanya bermimpi menikmati roti bakar dari ARIFAH). _a.Bst | November 6th, 2016

Yang lain pada mikir, kapan kami dapat Roti Bakar ya??? Khusus nama Siswa/Mhs dibawah ini, jangan cemburu sama Nizom dan Arifah ya :
Dinul, Adib, Pras, Selvi, Tedi, Wisnu, Ikhsan, Reza, Andika, Wahyu, Jaka, Yogi, Angga, Vidho, Khairil, Egi, Fani, Desi Ning Nong, Aldi.
special : Nizom & Arifah
Special juga : Alumni Pasukan Magang Padang TV



Minggu, 23 Oktober 2016

BEGAL GAGAL "KANAI SIPAK"

||BEGAL GAGAL “KANAI SIPAK ”_

Padang menjadi salah satu daerah Kota Wisata di Sumatera Barat, namun disamping itu juga menjadi incaran kejahatan para pembegal.
Sekedar informasi dan berbagi cerita mengenai bahaya Begal di Kota Padang. Kejadian ini, bermula kemarin (22/10) sehabis Maghrib sekitar pukul 19.00, seorang Bapak – bapak yang diketahui namanya Gusmanto (46) mengendarai sepeda motornya (Supra X 125) untuk mengurusi bahan Skripsi dirumah salah seorang Dosen Pembimbing yang kebetulan jauh dari rumah beliau.
Sepulang mengurusi urusasn dari tempat Dosen Pembimbing, Gusmanto yang mengendarai sepeda motornya seorang diri ketika itu pulang melewati jalan pintas, supaya lebih cepat sampai kerumah beliau di Kelurahan Bungo Pasang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
Sesaat ditengah jalan sekitar pukul 21.30 wib, beliau  dihentikan oleh seorang laki – laki, yang menurut keterangan Gusmanto laki – laki tersebut hendak menumpang kepertigaan depan atau sampai menemukan angkot dan ojek untuk menghantar pulang karena kemalaman baru pulang bekerja.
Dengan tidak curiga sama sekali dan merasa kasihan, Gusmanto kemudian menghentikan sepeda motor yang ia kendarai dan membawa beserta laki – laki yang ketika itu berbadan tegap dan berkumis memakai baju kaos oblong bercak hitam.
Dipertengahan jalan tepatnya dikawasan kosong, laki – laki itu menjalankan aksinya dengan cara menggoyangkan sepeda motor yang dikendarai Gusmanto dari belakang tempat duduknya. Saat itu laki – laki itu mengeluarkan ucapan “ elok – elok lah mambaok onda da, ba a uda mambaok onda ko?” | “alah elok ambo mambaok onda mah, dak elok ba a lo?” Dan saat itu, laki – laki tersebut kemudian secara tiba – tiba meminta Gusmanto untuk menghentikan sepeda motornya. Sesaat ketika hendak turun, laki – laki tersebut langsung ‘mamacik krah’ baju Gusmanto untuk melanjutkan aksinya yang tadi sempat tertunda. Dari situ, Gusmanto langsung curiga kalau hal tersebut sudah tidak aman lagi dan langsung dengan sigap melepaskan tangan laki – laki itu dari baju beliau dan langsung ‘mangalatiak kida’ laki – laki tersebut. Ketika itu, laki – laki tersebut langsung mengucapkan kata – kata yang cukup menantang “kareh ang mah !!!”. Belum lagi laki – laki itu melanjutkan perkataanya, dengan sigap Gusmanto “manyipak” perut laki – laki tersebut hingga terperosok kedalam selokan tempat mereka berhenti. Dengan cepat kemudian Gusmanto, menghidupkan sepeda motor dan hendak meninggalkan laki – laki tadi yang masih berada dalam selokan. Sebelum sepeda motor hendak jalan, dari balik semak keluarlah 2 orang pemuda lagi yang diketahui adalah teman dari lai – laki tadi yang “kanai sipak”, karena dari dalam selokan ia berteriak “kalua lah kalian lai, inyo kabur ko ha”.

Memang Allah telah bersama orang baik, sebelum 2 orang pemuda itu mendekati Gusmanto, sepeda motor itu sudah berlalu meninggalkan 2 orang pelaku yang terpelongo menyaksikan satu orang temannya “Kanai Sipak” masih tersungkur dan ‘baluluak’ dalam selokan di Daerah Rawang, Koto Tangah atau sekitaran jalan dari Pasa Pagi menuju Tunggul Hitam dan Bungo Pasang, Koto Tangah, Kota Padang ini.
Gusmato, seorang laki – laki yang berasal dari Painan, Kabupaten Pesisir Selatan yang sekarang sedang menyelesaikan penelitian Sarjana Pertaniannya di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di KotaPadang, Universitas Taman Siswa yang ia pilih untuk menimba ilmu Pertaniannya ini hanya mengucapkan “ambo cuman baniek eloknyo, mangko ambo numpangan, mungkin kok dak takah itu baliau, ambo antaan e sampai rumah mah” (a.Bst | October 23th, 2016)

Minggu, 16 Oktober 2016

PENGRAJIN TANAH LIAT

||TRADISI MANAMPO_

Tanah Liek, atau yang dikenal dengan nama tanah liat atau lempung merupakan partikel mineral berkerangka dasar, silikat yang berdiameter kurang dari empat micrometer. Lempung yang membentuk gumpalan keras, saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Namun masyarakat Jorong Galo Gandang, Nagari Andaleh Kecamatan Luak Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat, tidak pernah tau akan hal tersebut. Masyarakat andaleh ini, hanya tau kalau tanah liat itu bisa untuk dijadikan ladang bisnis, dan mengisi waktu dirumah dalam berkarya. Salah satu kampung kecil, Nagari Andaleh yang memiliki tradisi MANAMPO.

Tradisi yang dimiliki warga andaleh ini sudah ada sejak tahun 1880-an atau jauh sebelum kelahiran Presiden Indonesia Pertama Ir.SOEKARNO ditahun 1901 dan Wakil Presiden Indonesia Pertama Muhammad Hatta pada tahun 1902. Manampo merupakan bahasa keseharian warga andaleh,  yang kita kenal dengan menempa suatu benda. Manampo di Nagari Andaleh ini adalah salah satu bagian proses daam pembuatan kerajinan tanah liat, yaitu menempa bagian punggung atau salah satu sisi kerajinan yang dibuat. Dalam kerajinan tanah liat ini, warga andaleh yang sudah memiliki keahlian turun temurun dari nenek moyang, juga tidak asal memilih tanah yg dijadikan bahan baku utama. Masing-masing pengrajin, sudah memiliki ladang tanah sebagai bahan yang nantinya akan ditempa. Kegiatan yang sudah lama digeluti kakek dan nenek ini, dengan cekatan berkarya beberapa macam kerajinan tanah liat yang sudah di expor keluar Indonesia. Salah satunya periuk dan belanga, yang memang menjadi produk unggulan. Mempertahankan tradisi turun temurun dari nenek moyang, tradisi Manampo dijadikan icon untuk Nagari Andaleh.
“Kami hanya punya tanah liek dari nenek moyang kami, untuk mengisi dan menghiasi rumah orang diluar sana. Dan kami bangga dengan MANAMPO yang tak dimiliki orang lain.”
(a.Bst | October 16th, 2016) 

Sabtu, 15 Oktober 2016

MAKANAN TRADISIONAL SINGGANG


Singgang atau yang biasa dikenal dengan nama Kue Bika, merupakan salah satu makanan tradisional asal Sumatera Barat. Panorama kali ini kita akan jalan-jalan ke Korong Perbatungan, Nagari Koto Baru, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat, salah satu Nagari dimana salah seorang warganya masih memproduksi Kue Singgang sejak puluhan tahun silam.
Ya...beliaulah seorang nenek bernama Nurbiah, yang akrab dipanggil warga sekitar dengan sebutan Cik Piah. Cik Piah yang sudah berumur sekitar 91 tahun ini, memulai usaha Kue Singgang sejak tahun 1950. Usaha kue singgang Cik Piah masih menggunakan cara tradisional, dimana proses pemanggangan kue menggunakan Balango yang terbuat dari tanah liat dan pemanggangan menggunakan sabut kelapa.

Kue Singgang Cik Piah bisa terbilang unik, dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari ukuran Kue Singgang atau kue bika biasanya. Cik Piah membuat kue singgang ini juga masih memakai resep dari keluarga, resep kue yang beliau pertahankan sampai sekarang ini  membuat cita rasa Kue Singgang Cik Piah masih sangat diminati warga sekitar. Sengaja membuat dengan ukuran yang sedikit lebih besar, supaya sarapan pagi buat warga sedikit mengenyangkan dengan cita rasa yang khas. Cik Piah yang sekarang sudah berusia lanjut, tidak bekerja sendiri lagi. Usaha kue Singgang Cik Piah yang sekarang sudah dilanjutkan oleh anak dan menantunya tetap mempertahankan resep turun temurun dari Cik Piah. Uni Ides beserta suami, memproduksi kue Singgang ini setiap harinya dimulai dari selesai Shalat Subuh hingga pukul 09.00 kue singgang Cik Piah habis diborong warga. Memang, kue singgang Cik Piah menjadi incaran sarapan pagi buat warga nagari koto baru dan sekitarnya. Disamping selain kue singgang, Cik Piah dan anaknya Uni Ides juga menyediakan sarapan pagi berupa Katupek Gulai.
Dipagi yang cerah itu, Cik Piah dengan telatenpun membuat katupek dari pucuk daun kelapa. Didampingi oleh warga sekitar, sembari menunggu antrian Kue Singgang yang masih dibubungi bara api Sabut Kelapa, Cik Piah tetap akrab bercerita dengan warga. Meski mata beliau yang sekarang sudah tidak terlalu bisa melihat dengan jelas, Cik Piah selalu akrab dengan warga hanya dengan mengenali suara warga. Di Nagari Koto Baru Kue Singgang itu berasal, dari tangan seorang nenek yang sekarang sudah berusia 91 tahun. Dari dahulu mereka yang menyebut Singgang Cik Piah, hingga sekarang masih tetap bisa menjumpai Singgang Cik Piah itu tetap ada.
(a.Bst | October 15th, 2016)

Jumat, 14 Oktober 2016

PANORAMA NAGARI ARIPAN


Sumatera Barat, ternama dengan salah satu daerah penghasil beras terbaik. Dimana semua orang sumatera barat tau, ya,,,Bareh Solok mereka menyebutnya. Kabupaten Solok dan Kota Solok, selain penghasil beras terbaik juga terkenal dengan wisata alamnya.
Jalan - jalan kali ini, saya akan mengajak pembaca ke salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten Solok. Objek Wisata yang berada di Nagari Aripan, Kecamatan Sepuluh Koto Singkarak, Kabupaten Solok ini dikenal dengan nama Rumah Pohon.


Lokasi wisata yang berjarak lebih kurang 10 kilometer ini, bisa ditempuh 30 menit dari pusat Kota Solok menggunakan sepeda motor atau mobil. Rumah Pohon yang baru dibuka untuk umum di tahun 2016 ini, banyak diminati oleh wisatawan lokal bahkan luar daerah.
Inisiatif dari warga setempat membuat Rumah Pohon, berawal dari lokasi wisata ini yang memang memberikan pemandangan yang luar biasa. Lokasi yang berada di puncak bukit, memberikan pemandangan dengan diperlihatkannya keindahan Danau Singkarak, yang merupakan Danau Terbesar ke - dua di Pulau Sumatera ini.
Dinamai dengan Rumah Pohon, karna dengan kreatifitas warga setempat membangun pondok-pondok yang menyerupai rumah berada diatas pohon, sangat diminati oleh pengunjung.

Nah...jalan-jalan kali ini, saya ingin mencoba bagaimana serunya bermain dan berkeliling serta menikmati keindahan Rumah Pohon ini. Tiupan angin puncak bukit dari ketinggian Rumah Pohon, memberikan rasa tersendiri saat menaiki anak tangga Rumah Pohon ini. Berkunjung ke Sumatera Barat, tidak lengkap kalau tidak singgah dan menikmati keindahan Rumah Pohon ini.
Dilokasi Rumah Pohon ini, pengunjung juga disuguhi dengan beberapa warung-warung kecil, dimana pengunjung juga bisa meneguk nikmatnya segelas kopi sembari menikmati keindahan Danau Singkarak yg dikelilingi gunung dan bukit, salah satunya bukit dilokasi Rumah Pohon yang saat itu saya kunjungi. (a.Bst | October 14th, 2016)

Kamis, 13 Oktober 2016

TRADISIONAL "MAGHONCAH" - TRADISI URANG MINANG



Jorong Boncah, salah satu jorong di Nagari Batu Balang Kecamatan Harau Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat.
Nagari Batu Balang yang rata-rata masyarakatnya berprofesi sebagai petani, menjadi pilihan utama bagi warga setempat.
Dengan begitu banyak pilihan profesi bertani, warga Jorong Boncah tetap mempertahankan tradisi yang sudah ada secara turun temurun.
MAGHONCAH, merupakan suatu kegiatan atau pekerjaan yang dipakai warga Jorong Boncah di Kenagarian Batu Balang dan menjadi bahasa Khas warga setempat. Maghoncah, salah satu tahapan dalam pembuatan batu bata. Maghoncah yang kita kenal dengan sebutan lain Merancah Tanah Liek yang sudah dipilih. Menggunakan tenaga hewan, Maghoncah menjadi hal yang penting dalam pembuatan batu bata ini.


Proses pembuatan batu bata, yang ada di Nagari Batu Balang ini, memiliki beberapa tahapan. Mulai dari pemilihan tanah, pengeraman tanah di lobang, maghoncah sampai mencetak tanah liek secara manual. Mencetak batu bata tidak sekedar membentuk berupa balok bata, namun keahlian ini juga dipelajari sampai memiliki kecepatan dalam mencetak . Salah satunya ibu-ibu yang sudah puluhan tahun berprofesi mencetak batu bata, mampu mencetak minimal 500 buah dalam seharinya.
Batu bata yang sudah dicetak, hingga kemudian ditumpuk dalam pondok panggang. Masih memakai cara tradisional, proses pemanggangan batu bata menggunakan sekam padi yang sudah ditumpuk sampai puluhan ribu batu bata. Batu bata yang di panggang, siap di produksi dalam waktu 1 minggu lamanya hingga matang.
Tanah liek, yang hanya sekedar tanah, Maghoncah yang sekedar berharap sekarung rumput, meski seminggu asap membumbung hingga megahnya bangunan yang sudah tertutup cat dan keramik indah. (a.Bst | October 13 th, 2016)