Rabu, 14 Agustus 2019

SAMA MEREKA, MEREKA SAMA
oleh : Akang Basituo


...nikmat kerja itu, gak cuman gaji gede dan ruang ber AC saja. Terkadang harus berpanas-panasan, hingga kita harus menempuh hujan.
Mendapat tanggung jawab mendampingi sebuah Program Pemerintah, Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Tahun 2019 di Nagari Gunuang Malintang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota, membuat saya mendapati sebuah perjalan yang unik.
Program yang disusun oleh Kementerian PU PR, memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat yang selama ini berkeinginan hidup enak dengan rumah yang layak untuk ditempati.
Tiap hari perjalanan itu saya lewati, jumpa mereka yang selalu antusias dengan program ini. Cuaca yang terik mengajari saya akan rasa syukur dalam pekerjaan ini, menikmati perjalanan menuju lokasi yang dapat saya tempuh selama 90 menit dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota hingga baru menapaki di Nagari Gunuang Malintang. Tak hanya sampai disitu, Nagari ini luas teman, area yang ditutupi perkebunan karet hingga sawit harus saya lewati kembali selama 45 menit dari Pusat Nagari Gunuang Malintang menuju gubuk mereka yang juga mendapatkan hak rumah layak huni. Perjalanan panjang ini saya sebut Mencari Keluarga, menambah sanak saudara saya di Nagari orang.
Jalan Lintas Kabupaten Lima Puluh Kota menuju Pekanbaru, menjadi pilihan saya untuk menempuh lokasi dampingan saya di Nagari Gunuang Malintang. Perjalanan menggunakan kendraan roda dua ini yang menjadi cerita unik saya, karena sepanjang perjalanan tak henti orang-orang diluar sana merentangkan tangan untuk mendapatkan tumpangan mau pulang. Seorang kakek paruh baya berusia 70 tahun yang menjadi tumpangan pertama saya, 'Daus Panglimo' beliau menyebut dirinya, yang sewaktu itu saya ajak bercerita.

"dima karajo Pak?"
"kojo mangampo jo manakiek gotah Nak"
"sajak bilo Pak manakiek gotah?"
"sojak baumue 15 tahun dulu lai Nak"

Perbincangan singkat yang kemudian bersambung untuk saya "mengajak selfie" beliau, awalnya saya ragu apakah beliau mau diajak selfie.
Sekitar lebih dari 5 KM beliau menepuk pundak saya "ambo siko lah Nak", artinya saya harus berhentikan sepeda motor ini tepat didepan rumah beliau dan berucap "mokasih Nak".




Perjalanan kemudian saya lanjutkan, sesampai di perkebunan sawit saya diberhentikan oleh dua orang siswa SD yang masih berpakaian lengkap Putih Merah. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 13.10 wib, memang jam pulangnya siswa Sekolah Dasar.
"Mbak, numpang cek mbak, sampai PeTe" (PT. salah satu PT perkebunan sawit di Kecamatan Pangkalan), dan Mbak itu 'ombak' panggilan kepada orang yg lebih tua (panggilan khas daerah Pangkalan).
Selama perjalanan, saya banyak bertanya kepada 2 orang siswa ini, siapa itu nama mereka sampai tanya "apa kalian sudah selesai ujian?dapat juara kan dek?" Tak lupa pun saya kembali mengajak mereka untuk selfie diatas motor.
Singkat cerita, kemudian mereka pun kembali tepuk pundak saya yang artinya sudah sampai didepan rumah mereka. "Mokasih Mbak", saya pun tersenyum dan berkata 'dek, semoga nanti kalian jadi orang-orang sukses', karna kalian menuntut ilmu saja menempuh jarak lebih dari 10 KM tiap harinya dan melewati perkebunan sawit.
Sepulang saya berjumpa keluarga baru di Nagari Gunuang Malintang, laju sepeda motor ini kembali menempuh jalan lintas Pekanbaru menuju Kabupaten Lima Puluh Kota. Tepatnya masih di daerah Koto Alam, sepeda motor saya pun kembali diberhentikan oleh seorang remaja mengenakkan baju kaos dan memakai topi pet. Saya langsung tebak, ni anak pasti mau numpang kerumah. Benar saja, "mbak numpang sampai panorama", kembali saya bercerita dengan remaja ini yang ternyata dia baru saja pulang 'mangaji' di Masjid yang baru saja saya lewati.
Singkat cerita, Arif yang masih bersekolah sebagai siswa kelas 6 SD di Koto Alam itu memang tiap hari pergi mengaji sepulang sekolah.

Seperti sebelumnya, saya mengajak Arif untuk selfie dan hanya berpesan kepada anak ini "diak, lanca kaji dek baulang, apa pasa dek batampuah", rajinlah mengaji kelak nanti jadi orang baik di negeri sendiri.
Kemudian saya melanjutkan perjalanan pulang, tepat di Jalan Kelok IX yang menjadi kebanggaan warga Kabupaten Lima Puluh Kota bahkan Sumatera Barat saya pun berhenti sejenak.
Berfikir dan sempat melihat potret 4 orang yang saya temui selama perjalanan tadi, Kakek Daus Panglimo, Suci dan Tirus serta Anggi siswa Sekolah Dasar yang ketika dalam perjalanan bersama saya.
Saya hanya menyebut orang-orang ini Sama Mereka, Mereka Sama | a.Bst